Selasa, 12 Februari 2013

QUOTES OF THE DAY



Spread the love and show 


 your movement, Youth! 



Spread the love and show 


your movement, Youth! 



YOUNG WITHOUT 


VIOLENCE






I am a violent man who has learned not to be violent and 

regrets his violence - John Lennon






BATIKS VOICE PROJECT


Senin, 04 Februari 2013

Hubungan Media Televisi dengan Tindakan Kekerasan


Televisi bukan lagi barang mewah bagi sebagian besar penduduk di dunia. Hampir seluruh rumah memiliki benda yang satu ini. Beragam stasiun televisi dengan aneka program siarannya yang disajikan dengan kualitas gambar dan tata suara yang apik, menjadikan televisi sebagai sumber segala informasi, berita dan juga hiburan yang dibutuhkan kita semua. Penyelengaraan siaran televisi nampak lebih kompleks bila dibandingkan dengan siaran radio, namun esensi isi programnya relatif sama dengan program acara radio perbedaannya terletak pada audiovisual pada siaran televisi sedangkan radio bersifat pada auditif.Siaran televisi sendiri memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat harus tetap terpaku 4 sampai 6 jam sehari di depan layar kaca dan bahkan bagi anak-anak yang sering menonton televisi, memberikan dampak malas belajar. Sementara itu, sebanyak 53,4% mereka mengakui bahwa waktu belajarnya lebih sedikit dibandingkan dengan lama waktu menonton televisi. 

Dengan berkembangnya siaran televisi saat ini, semakin banyak juga program-program televisi bermunculan dan dapat kita nikmati dengan santai bersama keluarga, akan tetapi kita harus waspada terhadap program-program televisi saat ini, terkadang kita tidak sadar bahwa yang kita tonton bersama keluarga itu adalah yang tidak layak untuk ditonton karena terdapat unsur sara atau kekerasan.

Banyak sekali program televisi saat ini yang menayangkan adegan kekerasan, dari program-program faktual, non-faktual laga dan non-faktual non-laga. Dari adegan yang terdapat di dalam suatu program terkadang banyak menampilkan adegan-adegan kekerasan dengan cara memukul menggunakan benda, bertengkar, sampai mengeluarkan kata-kata kasar atau makian.

Tayangan kekerasan saat ini sudah menjadi trend dalam isi program berita di televisi. Seolah-olah hambar jika program berita tidak menayangkan kekerasan baik yang sifatnya verbal maupun non verbal. Celakanya, program-program yang sarat kekerasan, sebagaimana hasil analisis KPI selama tahun 2009, justru banyak digemari publik. Sehingga dapat mempengaruhi dan memberikan efek negatif terhadap anak-anak. Terutama program-program yang tayang pada waktu anak-anak sedang menonton untuk menikmati televisi.

Program acara komedi yang menghasilkan sebuah adegan kekerasan, seperti program acara Pesbukers di ANTV dan Opera Van Java di TRANS 7 yang sering menayangkan adegan kekarasan memukul dengan streofoam dan disambung dengan pantun-pantun yang diakhri dengan perkataan yang tidak enak didengar dan masih banyak lagi program acara komedi yang masih menayangkan adegan-adegan kekerasan di depan layar kaca. Padahal program televisi komedi yang bersifat menghibur masyarakat tetapi dikemas dengan adegan-adegan kekekersan dan improvisasidari talent. Sehingga program tersebut bisa menjadi lucu dikarenakan dengan campuran-campuran adegan kekerasan.

Lawakan yang mereka sajikan pun menjadi khas dengan unsur kekerasan di dalamnya. Aksi pemukulan, saling ejek dan berbagai kekerasan lain mereka gunakan untuk menciptakan lawakan yang menghibur. Kekerasan yang ada dalam sebuah lawakan kini dianggap wajar terutama oleh pihak produsen acara. Para penonton yang menyaksikannya pun merasa senang dan tetap setia menyaksikan semua ini. Jika kita berkaca pada undang-undang penyiaran, khususnya dalam pasal 36 UU No 32 / Tahun 2002 Ayat (5) menjelaskan tentang penyiaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan. Akan tetapi, dunia penyiaran televisi masih sering diwarnai oleh kekerasan.

Seperti dalam tayangan Dahsyat kekerasan verbal memang tidak ada. Namun, kekerasan nonverbal sudah sangat sering terjadi. Contohnya adalah pelecehan penghinaan bagi orang yang punya kekurangan fisik. Pada acara Dahsyat, hari selasa 10 April 2012, saah satu peserta audisi IndonesianIdol yang berbahasa Ngapak, di sana menjadi bulan-bulanan untuk dijadikan bahan lawakan. Hal ini membuat bahasa ngapak menjadi bahasa yang bisa dibuat lelucon dan sangat direndahkan. Memang dari dulu bahasa ini selalu menjadi tertawaan orang untuk menjadi bahan lawakan.
Seharusnya sebagai bangsa Indonesia dan sebagai bangsa yang beragam bahasa dan suku,  kita saling menghargai setiap ciri khas daerah dan bukan untuk olokan. Masih banyak lagi contoh lawakan yang berbentuk kekerasan dan tidak hanya lawakan saja tetapi mayoritas program-program televisi lebih sering menampilkan adegan kekerasan. Padahal masih banyak cara lawakan-lawakan yang sehat untuk di produksi dan layak konsumsi oleh masyarakat.

jika media televisi tidak berhati-hati dalam menayangkan program-program yang menghasilkan sebuah kekerasaan, akan berdampak negative kepada seluruhaudiensyangmenerima messagenyaSementara media sebenarnya juga memiliki tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan harmoni di masyarakat. Di balik sebuah adegan kekerasan yang menghasilkan sebuah lawakan, dapat memberikan dampak yang negatif untuk semua kalangan. Misalnya dampak televisi terhadap anak-anak yang ditulis dari bukuMatikan Tv-mu. Bahwa anak-anak adalah korban pertama bagi masyarakat kaya maupun masyarakat miskin.
Terlalu banyak menonton siaran televisi akan berakibat pada kelambanan berbicara, hal ini terjadi karena aktivitas menonton televisi tidak  akan menggugah anak untuk berpikir. Apa yang ditayangkan sudah lengkap dari audio dan visualnya. Berbeda dengan siaran  radio yang membuat anak selalu berimajinasi, mari kita coba dengan anak kita sendiri.  Coba kita dengarkan suara ayam berkokok di sebuah siaran radio. Otomatis secara logika mereka akan berpikir dan berimajinasi bagaimana bentuk ayam itu. Sedangan di televisi bentuk ayam sendiri ditampilkan secara utuh mulai dari bentuk juga suaranya.

Menonton televisi bagi anak-anak adalah sebuah kegiatan yang pasif dan dapat merusak sel-sel syaraf. Apalagi, yang ditonton adalah sebuah program yang tidak pantas untuk umurnya. Contohnya sebuah program komedi yang menghasilkan sebuah adegan kekerasan pun,film kartun yang mempunyai unsur kekerasan sudah banyak di tampilkan televisi. Dengan maraknya program televisi yang seperti itu sangat berbahaya sekali untuk anak-anak. Karena hal serpeti itu dapat mendorong anak memiliki persepsi yang sama dengan yang ditampilkan di layar kaca kita.
Sudah banyak hasil penelitian yang menyebutkan, semakin sering anak mengkonsumsi televisi, semakin sama nilai yang dianutnya dengan tayangan-tayangan dari televisi. Perilaku anak yang sering menonton adegan kekerasan di televisi biasanya perilakunya lebih agresif. Memang televisi tugasnya untuk memberikan informasi dan hiburan terhadap masyarakat luas, akan tetapi tidak semua program televisi itu layak untuk ditonton oleh anak-anak. Alangkah baiknya jika orang tua mendampingi anaknya saat menonton, agar tahu mana yang layak ditonton untuk anaknya.

Begitu juga pengaruh televisi terhadap remaja, walau pola pikir remaja sudah sedikit berbeda dengan anak-anak. Akan tetapi pola pikir remaja lebih abstrak dan tingkat rasa ingin tahunya juga masih sangat tinggi. Remaja saat ini sangat mudah untuk dipengaruhi oleh televisi. Di           Indonesia sendiri, remaja lebih cenderung dipaksa untuk bukan menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi remaja yang tingkat ketergantungan yang sangat tinggi. Dengan berkembangnya teknologi di negara kita, lama – lama kelamaan remaja-remaja masa kini sangat mudah untuk di pengaruhi oleh budaya luar.
Remaja-remaja masa kini tingkat kepribadiannya lebih manja dan sedikit lebih lentur. tidak ada pengalaman empirik untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini akan membuat remaja masa kini akan membentuk pribadi-pribadi yang pasif, sehingga mereka tidak memiliki keberanian untuk berekspresi, karena media televisi sendiri telah menampilkan kebutuhan-kebutuhan impulsinya secara virtual. Jika kita berbicara soal dampak televisi, ada  dua macam yaitu  dampak negatif dan dampak positif. Lalu kita  kaitkan dengan fungsi media penyiaran yang fungsinya adalah menyebarkan informasi, hiburan dan mendidik. Idealnya, dampak positif media penyiaran (televisi) telah mendominasi dari pada dampak buruknya. namun ternyata tidak.

Program komedi yang menayangkan adegan kekerasan ditayangkan oleh televisi sangat berbahaya untuk remaja saat ini, Karena remaja saat mereka menonton, otaknya akan merekam dan dipergunakan untuk bercanda bersama teman-temannya, baik kekerasan verbal maupun non-verbal. Seperti adegan pukul-pukulan dan adegan lelucon yang menggukan pantun yang di akhiri kata-kata yang tidak enak didengar, sangat sering digunakan oleh remaja saat ini. Media televisi telah memberikan hiburan yang berlebihan, dari kekerasan dapat menghasilkan sebuah lawakan. Maka dari itu remaja saat ini cenderung mencontoh lawakan-lawakan yang terdapat di media televisi.
Media di Indonesia sendiri tidak seperti media di luar negeri yang mempunyai aturan yang sangat kuat. Tayangan-tayangan kejahatan atau kecelakaan lalu-lintas yang di tampilkan secara sadis dan brutal tidak pernah ditayangkan di televisi inggris. Hal itu terjadi karena mereka takut dengan kode etik penyiaran yang ada. Sebaliknya di Indonesia sendiri tayangan-tayangan seperti itu dengan mudah dapat kita nikmati. Tayangan kekerasan dan sadism pun seolah menjadi raja bagi jurnalisme televisi. Semakin dekat jarak kamera dengan obyek, semakin mantap rasanya.

Terkadang pengelola televisi merasa tidak sadar apa yang dilakukannya kepada masyarakat, demi kepetingan mereka sendiri, Mereka telah mengabaikan kepentingan pihak lain. Meski Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah mengeluarkan regulasi atau aturan tentang penyiaran televisi tapi terkadang praktisi televisi bisa menantang, bahwa peraturan itu berlaku di dataran etis. Sebagai aturan etis maka sanksinya adalah moral. Melanggar aturan etis, ternyata bukan hal yang menakutkan bagi praktisi televisi. karena aspek moralitas bukanlah faktor yang sangat penting bagi praktisi media di Indonesia.
Seharusnya regulasi yang dibuat oleh negara mengenai kekerasan jelas dan tidak simpang siur serta memiliki batas-batas kekerasan yang jelas dalam media massa. Sejauh mana kekerasan dalam media bisa menyebabkan traumatisme, kekecauan kepribadian, stres, kegelisahan dan rasa malu. Namun program televisi lawakan yang menghasilkan adegan kekerasan, sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia, seharusnya kita harus lebih teliti untuk mimilih program mana yang sangat layak untuk ditonton dan kita sebagai masyarakat Indonesia harus lebih kritis terhadap dunia pertelevisian Indonesia demi kemajuan pertelevisian di negara kita. Sedangkan pertelevisian Indonesia harus kembali jalur aman untuk memberikan informasi yang fakta dan hiburan yang sehat.

Selasa, 29 Januari 2013

QUOTES OF THE DAY

" BEGITU BANYAK KERUGIAN YANG DIDERITA AKIBAT KEKERASAN,BUKAN HANYA KERUGIAN MATERIEL DAN NON MATERIEL,MELAINKAN PSIKOLOGIS YANG ADA DALAM DIRI KORBAN KEKERASAN "


Faktor Interanal & Eksternal dalam KEKERASAN



Terjadinya kekerasan di dunia sangatlah berdampak bagi mereka yang merasakannya,baik fisik, batin, psikis,dan perasaan trauma yang terjadi di dalam diri mereka. Tipe - tipe kekerasan yang sering terjadi itu seperti kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak,kekerasan terhadap agama / suku / budaya. Semua merupakan sebuah bentuk tindakan yang negatif yang tidak boleh dibiarkan dan harus ada suatu aksi dan pencegahan. Sebenarnya kekerasan itu sendiri timbul dikarenakan pengaruh internal dan eksternal.


* Pengaruh Internal

Biasanya kekerasan akan timbul  jika lingkungan terdekat kita melakukan tindakan-tindakan yang mengacu pada aspek kekerasan. Lingkungan terdekat bisa seperti hadirnya keluarga kita sendiri,didikan keras (pemukulan, menggunakan alat/tangan) akan menjadi suatu habbit (kebiasaan) yang sejak dini kita melihatnya.Dan dari pihak diri sendiri akan membuat pola hidup mereka melakukan tindakan kekerasan tersebut.



 *Pengaruh Eksternal

Kekerasan yang timbul dari lingkungan pihak luar (eksternal) ini terjadi ketika seseorang sudah mulai tumbuh dan dapat bersosialisasi terhadap lingkungan luar yang baru.  Apabila lingkungan tersebut rusak dan mengacu pada sebuah tindakan kekerasan mau tidak mau kita akan bisa dan dapat melakukan tindakan tersebut,tetapi ini balik  lagi terhadap prinsip individu ketika bertindak. Bila dilihat dari perkembangan teknologi,media cukup berperan sebagai pengacu tindakan kekerasan baik hanya kata-kata senonoh / kasar dalam media sosial akan menjadi timbul kekerasan kecil ataupun bisa merambat menjadi sebuah kasus.


Upaya pencegahan kekerasan


Kini tindak kekerasan menjadi tindakan alternatif manakala keinginan dan kepentingan suatu individu atau kelompok tidak tercapai. Terlebih di Indonesia, kekerasan melanda di segala bidang kehidupan baik sosial, politik, budaya, bahkan keluarga. Walaupun tindakan ini membawa kerugian yang besar bagi semua pihak, angka terjadinya kekerasan terus meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu, maka itu untuk mencegah semakin membudayanya tindak kekerasan. Upaya-upaya tersebut (sebagaimana dikutip Arif Rohman: 2005) antara lain:

a. Kampanye Anti-Kekerasan

Dilakukannya kampanye antikekerasan secara terusmenerus mendorong individu untuk lebih menyadari akan akibat dari kekerasan secara global. Melalui kampanye setiap masyarakat diajak untuk berperan serta dalam menciptakan suatu kedamaian. Dengan kedamaian individu mampu berkarya menghasilkan sesuatu untuk kemajuan. Dengan kata lain, kekerasan mendatangkan kemunduran dan penderitaan, sedangkan tanpa kekerasan membentuk kemajuan bangsa.

b. Mengajak Masyarakat untuk Menyelesaikan Masalah Sosial dengan Cara Bijak

Dalam upaya ini pemerintah mempunyai andil dan peran besar. Secara umum, apa yang menjadi tindakan pemimpin, akan ditiru dan diteladani oleh bawahannya. Jika suatu negara menjauhkan segala kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah sosial, maka tindakan ini akan diikuti oleh segenap warganya. Dengan begitu, semua pihak berusaha tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah yang akhirnya membawa kedamaian dalam kehidupan sosial.

c. Penegakan Hukum secara Adil dan Bersih

Sistem hukum yang tidak tegas mampu memengaruhi munculnya tindak kekerasan. Hal ini dikarenakan perasaan jengkel manakala keputusan hukum mudah digantikan dengan kekuatan harta. Sedangkan mereka yang tidak berharta diperlakukan kasar serta tidak manusiawi. Kejengkelan melihat ketidakadilan ini mendorong munculnya tindak kekerasan. Oleh karena itu, penataan sistem penegakan hukum yang adil dan tegas mampu mengurangi meningkatnya angka kekerasan yang terjadi.

d. Menciptakan Pemerintahan yang Baik

Sebagian besar kekerasan yang terjadi di Indonesia dikarenakan cara kerja pemerintah yang kurang memuaskan. Perasaan tidak puas mendorong masyarakat melakukan tindak kekerasan sebagai wujud protes. Oleh karena itu, menciptakan pemerintahan yang baik salah satu upaya tepat dan utama mengatasi kekerasan. Upaya ini dilakukan dengan cara menyusun strategi dan kebijakan yang dirasa adil bagi rakyat, sehingga rakyat dapat memenuhi setiap kebutuhan hidupnya tanpa ada perasaan tidak













Selasa, 22 Januari 2013

APA ITU KEKERASAN ?


Pengertian Kekerasan
kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (sebagaimana dikutip Arif Rohman : 2005). Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang dapat merugikan orang lain. Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan lain-lain. Walaupun tindakan tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak sengaja (verbal maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai atau merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan dengan nilainilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma psikologis bagi korban. Nah, cobalah temukan minimal lima contoh tindak kekerasan yang ada di sekitarmu!
Macam-Macam Kekerasan
Tidak dimungkiri tindak kekerasan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. kekerasan seolah-olah telah melekat dalam diri seseorang guna mencapai tujuan hidupnya. Tidak mengherankan jika semakin hari kekerasan semakin meningkat dalam berbagai macam dan bentuk. Oleh karena itu, para ahli sosial berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis kekerasan menjadi dua macam, yaitu:

a. Berdasarkan bentuknya, kekerasan dapat digolongkan menjadi kekerasan fisik, psikologis, dan struktural:
1) Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh. kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang. Contoh penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan lain-lain.
2) Kekerasan psikologis yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Contoh kebohongan, indoktrinasi, ancaman, dan tekanan.
3)  Kekerasan struktural yaitu kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan sistem, hukum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, kekerasan ini sulit untuk dikenali. Kekerasan struktural yang terjadi menimbulkan ketimpangan-ketimpangan pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta wewenang untuk mengambil keputusan.
Biasanya negaralah yang bertanggung jawab untuk mengatur kekerasan struktural karena hanya negara yang memiliki kewenangan serta kewajiban resmi untuk mendorong pembentukan atau perubahan struktural dalam masyarakat. Misalnya, terjangkitnya penyakit kulit di suatu daerah akibat limbah pabrik di sekitarnya atau hilangnya rumah oleh warga Sidoarjo karena lumpur panas Lapindo Brantas. Secara umum korban kekerasan struktural tidak menyadarinya karena sistem yang menjadikan mereka terbiasa dengan keadaan tersebut.

b. Berdasarkan pelakunya, kekerasan dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu kepada satu atau lebih individu. Contoh pencurian, pemukulan, penganiayaan, dan lain-lain.
2) Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu atau massa. Contoh tawuran pelajar, bentrokan antardesa konflik Sampit dan Poso, dan lain-lain.

3. Sebab-Sebab Terjadinya Kekerasan
Banyaknya tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat menimbulkan rasa keprihatinan yang mendalam dalam diri setiap ahli sosial. Setiap kekerasan yang terjadi, tidak sekadar muncul begitu saja tanpa sebab-sebab yang mendorongnya. Oleh karena itu, para ahli sosial berusaha mencari penyebab terjadinya kekerasan dalam rangka menemukan solusi tepat mengurangi kekerasan.

Menurut Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam manusia.bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami manusia. Dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan, Hobbes berprinsip bahwa hanya suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan memiliki kekuatanlah yang dapat mengendalikan situasi dan kondisi bangsa.

Sedangkan J.J. Rousseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.

Terlepas dari kedua tokoh tersebut kekerasan terjadi karena situasi dan kondisi yang mengharuskan seseorang melakukan tindak kekerasan. Hal inilah yang melandasi sebagian besar terjadinya kekerasan di Indonesia. Seperti adanya penyalahgunaan wewenang dan kedudukan oleh para pejabat negara yang tentunya merugikan kehidupan rakyat, lemahnya sistem hukum yang dimiliki Indonesia, dan lain-lain.






Jika kekerasan akan terus - menerus terjadi, 
APA KATA DUNIA ?
        Ayo bangkitkan semangatmu kaum muda,untuk menolak kekerasan :)